Masa Depan Biodiversitas Indonesia dan Dampaknya Bagi Industri Kecantikan Nasional | Bintang Mahayana

Tuesday, August 10, 2021

Apa Itu Biodiversitas?

Biodiversitas adalah keanekaragaman organisme hidup dalam hal genom, individu, spesies (keanekaragaman spesies), populasi, ekotipe yang berbeda (suatu bentuk atau ras spesies yang menempati habitat tertentu), subspesies, komunitas, ekosistem, reaksi yang berbeda dari suatu komunitas sebagai keseluruhan terhadap lingkungan, dan bioma (Primack: 2010 dikutip dari Zubaidah: 2019). Istilah biodiversitas juga sering disebut dengan istilah keanekaragaman hayati


Sebagai Warga Negara Indonesia, kita diberkahi dengan keanekaragaman hayati melimpah. Namun, tahukah kalian bahwa para ilmuwan memprediksi bahwa dalam 20 hingga 30 tahun kedepan setidaknya 100.000 spesies flora dan fauna akan menghilang dari muka bumi akibat perubahan lingkungan akibat aktivitas manusia (Mark: 201 dikutip dari Zubaidah: 2019). 


Kalau pernah membaca buku "The Uninhabitable Earth" atau Bumi yang Tak Dapat Dihuni karya David Wallace Wells, tentu pernyataan seperti ini tidak terlalu mengejutkan. Bahkan dalam buku tersebut Wells mengatakan bahwa Kota Jakarta dinobatkan oleh BBC sebagai "The Fastest Sinking City", diprediksi akan  tenggelam dalam 30 tahun kedepan. Memendeknya garis pantai, naiknya permukaan air laut, tentunya berdampak bagi kelangsungan ekosistem. Abrasi menyebabkan rumah penduduk terkena rob, tanaman mati, hewan-hewan pun mati. Terbawa arus ke daratan hingga saat air surut mereka tak sanggup kembali ke habitat asalnya di laut.


Fenomena ini sejatinya merupakan dampak dari krisis iklim. Meningkatnya suhu bumi akibat efek gas rumah kaca terus memaksa organisme hidup untuk bermutasi. Berusaha beradaptasi agar tidak menjadi korban krisis iklim selanjutnya dan menemui kepunahan spesiesnya. Untuk itulah pentingnya mengetahui peran kita dalam sistem guna mendukung keberlanjutan atau sustainability biodiversitas. Sekecil apapun peran kita, akan berdampak bagi lingkungan.


BACA JUGA: My Journey Towards Sustainability: Serunya Belajar tentang "Sustainable Beauty and Wellness" di #LestarikanCantikmu Online Blogger Gathering 9 April 2021



Lahan Gambut dan Perannya Dalam Kehidupan 

Bicara soal keberlanjutan dan biodiversitas belum afdol jika belum membahasa seputar lahan gambut. Lahan Gambut seperti yang dilansir dari laman Pantau Gambut Indonesia adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan jasad hewan yang telah membusuk selama ribuan tahun. Timbunan tersebut kemudian membentuk endapan tebal. Gambut banyak ditemukan di area genangan air, seperti: rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir. Keberadaan lahan gambut ini sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem untuk dapat melestarikan biodiversitas flora dan fauna Indonesia.



Mengapa eksistensi lahan gambut dinilai penting?

Ada beberapa alasan yang mendasarinya. Hal paling signifikan adalah karena adanya kandungan karbon yang dua kali lebih banyak pada lahan gambut dibandingkan hutan tanah mineral yang ada di seluruh dunia. Untuk itulah, kondisi lahan gambut harus selalu basah karena jika kering, karbon yang tersimpan di dalamnya dapat terlepas ke udara dan menjadi sumber utama efek gas rumah kaca (greenhouse effect).


proses-terbentuknya-lahan-gambut-gif

Sumber animasi: pantaugambut.id



Fenomena Kebakaran Lahan Gambut di Sumatera

Bagi warga Sumatera sudah bukan suatu hal asing menghadapi kebakaran hutan. Salah satunya wilayah Sumatera Selatan. Kebakaran hutan nyaris terjadi setiap bulan karena memang alih fungsi lahan gambut menadi ladang kelapa sawit maupun perkebunan itu dilakukan secara legal alias ada izinnya dari pemerintah setempat. Sehingga, fenomena ini sudah nyaris "dinormalisasi" oleh masyarakat setempat. Per artikel ini ditulis, kondisi setempat sedang bau asap. Padahal sudah pukul 18.51 WIB. Mirisnya, saat kondisi pandemi Coronavirus seperti sekarang ini, masyarakat menjadi rentan terserang berbagai penyakit sistem pernapasan. Diperparah dengan bahaya ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).


Hadirnya helikopter pembawa hujan buatan pun sudah lumrah adanya lalu lalang beberapa ratus meter di atas atap rumah warga. Tiba-tiba udara berubah menjadi tengik karena bau asam menyengat. Pun, helikopter hujan tersebut lewat tak hanya sekali. Namun pagi dan sore hari agar api cepat padam. Kebetuan di belakang rumah ini memang ada lahan gambut yang sangat luas karena memang kawasan rawa. Padahal secara lokasi masih sangat dekat dengan pusat kota. Ya, beginilah kisah Tanah Sumatera. Tanah dengan segala kekayaan keragaman biodiversitas flora maupun faunanya. Menyimpan serangkaian ironi yang entah sampai generasi mana lagi harus menanggungnya. 


BACA JUGA: Dampak Negatif Karhutla dan Pandemi, Tak Hanya Bahayakan Pernapasan Tetapi Juga Kesehatan Kulit



Indonesia sedang pesta pora. Dilansir dari CNBC, Indonesia resmi lulus dari resesi ekonomi sejak periode pandemi tahun lalu dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07% YoY (year on year). Tetapi, jangan lupa bahwa angka tersebut dihitung dari level minus bukan level nol. Jadi, ya sebenarnya itu hanya angka. Faktanya, kondisi Indonesia masih memprihatinkan. Padahal, bernapas lega seharusnya menjadi Hak Asasi Manusia tanpa terkecuali.


kebakaran-lahan-gambut-di-sumatera-legal

Sumber gambar: Sumber foto tertera pada gambar; Infografis oleh Bintang Mahayana




Dampak Biodiversitas Indonesia Bagi Industri Kecantikan

Di artikel sebelumnya, sudah pernah dibahas mengenai pemanfaatan biodiversitas sebagai salah satu upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan. Setidaknya, itulah upaya minimun manusia untuk meretas entropi. Siapa kuat, dia akan bertahan. Mirip film "The Hunger Games" juga kalau dipikir-pikir. Tetapi, begitulah makhluk hidup. Terutama manusia karena telah diberkahi Tuhan dengan akal sehingga senantiasa mampu meretas fenomena krisis iklim untuk tetap memertahankan entitasnya dari kepunahan atau dari entropi (kondisi yang mengarah pada kekacauan). 


BACA JUGA: 3 Jenis Flora di Indonesia yang Bermanfaat Bagi Kecantikan, Sudah Tahu?


Keanekaragaman Hayati sebagai Sumber Bahan Baku Pembuatan Produk Kecantikan

Faktanya, Indonesia merupakan pemilik lahan gambut tropis terbesar ke-3 di Dunia. Namun, dinobatkan pula sebagai negara ke-2 dengan laju kepunahan biodiversitas tercepat dan negara ke-1 sebagai negara pemasok satwa liar di Asia. Padahal, saat ini sektor industri kecantikan sedang giat mendukung kampanye pemanfaat biodiversitas nasional baik flora maupun fauna sebagai bahan baku pembuat produk perawatan kulit. Misalnya, Tebu (Saccharum offinarum) saat ini sering dijadikan bahan pencampur (emulsifier) dalam produk toner, face mist, dan moisturizer. Selain itu ada juga Kunyit (Curcuma longa), dimanfaatkan sebagai minyak esensial. Fungsinya adalah untuk melembabkan dan mencerahkan kulit. Tidak hanya pada produk skincare saja. Namun juga produk make up dan pembersih make up.


BACA JUGA: [REVIEW] SADA by Cathy Sharon Senja Resting Glam Face Make Up Remover



keanekaragaman-hayati-lahan-gambut-Indonesia

Sumber gambar: Sumber foto tertera pada gambar; Infografis oleh Bintang Mahayana



Ketersediaan Biodiversitas Hutan Bagi Industri Kecantikan Masa Depan

Jika karhutla terus dibiarkan, kerusakan lahan gambut dinormalisasi, eksploitasi flora dan fauna tanpa menerapkan ethical harvesting tidak dihindari. Bukan tidak mungkin keanekaragaman biodiversitas Indonesia suatu saat akan punah. Kita sudah banyak kehilangan spesies tanaman dan hewan. Jumlah ini akan terus bertambah jika masalah lingkungan tidak diindahkan. Tidak ada satupun entitas yang dapat lari dari krisis iklim. Hulu ke hilir akan merasakan dampaknya.


Akan sangat disayangkan jika masa kejayaan industri kecantikan harus terhenti karena ketidaktersediaan sumber daya tersebut. Bisa jadi kedepannya kita hanya mampu menggunakan bahan-bahan hasil sintesis kimia (buatan atau rekayasa) dan tak lagi dapat menikmati kebaikan dari alam sebagaimana selama ini kita rasakan. 




***

Bintang Mahayana - 2021


Artikel ini ditulis dalam rangka memperingati Hari Hutan Indonesia yang jatuh pada tanggal 6 Agustus 2021 sebagai bentuk kerja sama "Eco Blogger Squad" Member of Blogger Perempuan Indonesia Part of Hiip Indonesia dengan Pantau Gambut ID.




REFERENSI

Sembiring, Lidya Julita. 2021. Ekonomi Tumbuh 7,07% di Q2-2021, Indonesia Resmi Keluar dari Resesi. Dalam CNBC IndonesiaDiakses pada 9 Agustus 2021.


Sejarah Terbentuknya Gambut | Apa Itu Gambut? Dalam pantaugambut.id. Diakses pada 9 Agustus 2021.


Zubaidah, Siti. 2019. Biodiversitas: Lestarikan melalui Pembelajaran dan Pewarisan Pengetahuan Lokal. Dalam researchgate.netDiakses pada 9 Agustus 2021.


No comments:

Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!

Bintang Mahayana (c) 2018. Powered by Blogger.