How I Made Money While Sleeping, No Click Bait I Promise | Bintang Mahayana

Friday, June 04, 2021

Holla!

Di postingan kali ini gue akan berbagi pengalaman tentang bagaimana gue mampu menghasilkan uang saat tidur. Hah, emang bisa? Mungkin, bagi sebagian orang akan skeptis begitu mendengar pernyataan tersebut. Tetapi, pada kenyataannya kini, semakin banyak orang yang bahkan dalam tidurnya tetap dapat menghasilkan pundi-pundi uang bagi dirinya. Namun, perlu gue tekankan di awal jika tujuan kalian mengklik artikel ini semata karena ingin cepat kaya tanpa usaha dan kemauan untuk belajar, silakan tutup halaman ini :) Tetapi, jika kalian benar-benar hadir dengan kemauan belajar yang kuat serta pikiran yang terbuka, gue ucapkan "Selamat Datang!"

Keep on reading :)







Prinsip 80/20

Apa itu prinsip 80/20? Mungkin sebagian dari kalian sudah pernah membaca tentang prinsip ini. Namun, ada juga yang baru mendengarnya pertama kali. Angka 80/20 ini sejujurnya belum tentu angka mutlak. Namun, asumsi menggunakan 2 angka sakral ini kerap kali menjadi analogi sederhana dalam menjelaskan kondisi di mana 80% dari apa yang kita peroleh saat ini sejujurnya hanya dipengaruhi oleh 20% upaya maupun kegiatan yang kita lakukan setiap harinya. Bisa dikatakan, orang-orang yang mengadopsi prinsip 80/20 adalah highly effective people.


Source: Personal Doc. 



Coba renungkan sejenak tentang apa saja yang kita lakukan setiap hari dari bangun pagi hingga tidur selama kurun waktu 5 tahun terakhir atau setidaknya 1 tahun terakhir. Kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan setiap harinya. Baik yang kita upayakan setiap harinya maupun hal yang sifatnya auto pilot. Berapa persen kegiatan yang benar-benar membawa kita pada kondisi kita hari ini? Banyak orang yang percaya, bahwa hidup mereka akan lebih baik jika mereka bekerja dengan sangat keras. Tentu saja, kita harus berusaha menggapai yang kita inginkan. Bukan mengharap sebuah helikopter melintas di langit kemudian menjatuhkan sekarung uang berisi jutaan dollar di pekarangan rumah kita.


Namun, seringnya orang berpikir bahwa guna mencapai 20%, maka ada 80% upaya yang harus dilakukan. Sedangkan orang-orang yang sangat efektif akan mencari cara untuk melakukan upaya dengan porsi 20% saja guna mencapai 80% dari hasil. Apakah artinya mereka pemalas? Bisa jadi. Tetapi mereka tahu bagaimana caranya membuat kemalasan mereka menghadirkan keuntungan dalam hidup dan bukan sebaliknya.





Beradaptasi dengan Era Digital Disruptif

Di ujung hari, orang yang akan mampu bertahan melewati perputaran dunia yang begitu cepat dan kerap tidak terprediksi ini adalah mereka yang mampu beradaptasi. Apa yang zaman tawarkan, mereka akan embrace it gracefully. Pemikiran skeptis terhadap perubahan tidak akan membawa kita menjadi lebih jauh. Kita tidak bisa melakukan hal yang sama berulang kali dan membuahkan hasil akhir yang berbeda.


Pada akhirnya, kita harus manuver berkali-kali untuk menyesuaikan pace kita dengan zaman di mana kita hidup. Begitu banyak orang yang menginginkan perubahan tetapi begitu sedikit yang benar-benar ingin berubah. Kita kerap kali terjebak dalam hal yang disebut "reality trap". Sehari-hari tanpa sadar kita mengatakan "tidak" pada banyak hal secara berulang-ulang. Hingga Sistem Pengaktifan Retikuler (SPR) pada otak kita mengubahnya menjadi sesuatu yang kita yakini kebenerannya hingga benar-benar terlihat sangat nyata di depan mata kita.


"Saya tidak bisa melakukannya."

"Saya tidak punya waktu cukup."

"Saya tidak memiliki pengalaman di bidang tersebut."

"Hal itu tidak akan mungkin berhasil saya lakukan karena banyak orang yang sudah mencoba namun selalu gagal."


Akuilah dalam hati kalian, mana di antara pernyataan-pernyataan negatif di atas yang paling sering diucapkan secara berulang hingga kalian yakini bahwa hal itu adalah benar dan terlihat sangat nyata? Be careful what you're thinking cause it might looked even more real than what it really is.


Sekarang coba kilas balik ke zaman di mana profesi Content Creator masih tabu. Apakah kalian menyangka bahwa dalam beberapa tahun mendatang, yaitu masa kini, akan ada orang yang mampu menghasilkan uang tanpa harus meninggalkan kamarnya sendiri? Beginilah dahsyatnya era digital disruptif. Gue yakin, masih banyak orang yang menganggap bahwa dunia seolah tidak adil hanya karena orang yang terlihat melakukan hal "sepele" lebih dihargai zaman ketimbang mereka yang berjuang mati-matian. Padahal sejujurnya, mereka hanya sakit hati dan menampikkan kenyataan bahwa mereka seperti katak dalam tempurung yang tidak tahu dunia luar.


Meskipun banyak kasus di mana orang rela melakukan apa saja demi "viral sesaat". Sekalipun itu sangat memalukan. Namun, jika kita lihat dari bingkai yang lebih besar, sejujurnya mereka sangat membaca keinginan pasar dan mereka menyediakan itu. Jangan salah artikan pernyataan gue bahwa gue memandang hal tersebut lumrah. Tentu tidak. Tetapi, hal itu baiknya jadi cambuk buat kita semua. Bahwa orang yang melakukan "hal sepele" saja bisa membaca pasar, mengapa kita tidak bisa? Jika memang kita memiliki kemampuan untuk berbagai hal yang lebih baik dan bermanfaat, mengapa kita tidak lakukan? Sikap sinis tidak akan membawa kita lebih jauh ke arah yang lebih baik dari posisi kita saat ini.





Aset Bukan Lagi Terbatas pada Hal yang 'Terlihat'

By no means gue bilang kalian harus ngepet yaa haha. Tetapi, gue ingat lelucon Raditya Dika soal isu babi ngepet yang sempat ramai beberapa waktu lalu.

"Bekerjalah hingga tetanggamu mengira kamu memelihara babi ngepet."

Maksud dari ungkapan tersebut adalah kalian bisa menghasilkan sesuatu yang secara fisik tidak terlihat namun hasilnya nyata. Dengan kata lain, gue menyebutnya sebagai Internet Asset. Nah, ini adalah inti dari pembahasan kita kali ini. Coba kalian lakukan langkah-langkah ini:


Cara Mengetahui Durasi Online di Instagram

1. Log in ke akun Instagram kalian.

2. Di bagian pojok kanan atas, klik tanda bar 3 dan klik "Your Activity".

3. Klik bagian "Time" dan perhatikan waktu rata-rata harian yang kalian gunakan untuk online di Instagram.


Source: Personal Doc.


Nah, sekarang kalian tanya pada diri kalian sendiri. Apakah benar kalian tidak punya waktu yang cukup untuk melakukan apa yang kalian mau? Namun, bagaimana jika sosial media yang kalian gunakan di saat bersamaan dapat membantu kalian menghasilkan uang? Inilah makna dari Internet Asset tadi. Gue nggak bilang kalian harus jadi selebgram dan lain sebagainya. Itu hanya salah satu contoh. Tetapi, kalau gue menjadikan Instagram sebagai quick portfolio dan platform untuk menaruh backlink terhadap laman Blog. 




Membuat Uang Bekerja untuk Kita

Okay, gue yakin sedari tadi kalian pasti sudah tidak sabar bukan ingin tahu secara konkret apa yang gue maksud dari judul artikel ini? Tetapi gua hanya akan memberikan beberapa clue, bukan blak-blakan soal nominal karena hal tersebut against my life principle. Mungkin tidak semua akan gue jabarkan secara rinci karena tetap saja, soal penghasilan gue juga menerapkan boundary system. Bukan karena pelit atau tidak mau berbagi. Tetapi ada prinsip-prinsip yang mendasari gue untuk melakukan itu. Untuk beberapa hal yang bksa gue bagi, berikut ini adalah beberapa hal yang gue lakukan untuk membuat uang bekerja bagi gue dan bukan sebaliknya:


1.   Memanfaatkan Affiliate Link

Link afiliasi adalah link yang ditaruh pada platform online yang kita miliki di mana kita akan diberikan komisi setiap terjadi konversi click to direct purchase terhadap suatu produk maupun jasa. Modal copy paste saja. Terkadang ada di artikel blog maupun di link bio Instagram yang akan selalu diupdate tergantung campaign apa yang sedang berjalan. Ini adalah cara memperoleh uang secara jangka pendek yang banyak dimanfaatkan oleh para digital creators.



2. Membangun Internet Asset via Google Adsense

Banyak orang yang ingin menjadi content creator karena termotivasi dengan Adsense. Namun, sayangnya hal ini pun tidak selalu sepenuhnya baik. Jika tujuan utama kita hanya uang, percayalah itu hanya akan menjadi boomerang bagi kita pada akhirnya. Sebagai content creator, jiwa kita ada pada konten yang kita produksi. Tentunya mengejar Adsense tidak sepenuhnya salah. Namun akan menjadi kentara bahwa kita tidak "tulus" apabila kualitas konten yang kita hasilkan dinilai tidak sebanding dengan pendapatan yang kita raih.


Setiap detiknya, Click Through Rate (CTR) kita akan bergerak naik dan turun. Berbanding lurus dengan Revenue Per Mille (RPM). Secara harfiah, CTR adalah perbandingan dalam presentase antara jumlah iklan yang mendapat klik dan jumlah unit iklan per 1.000 tayangan. Sedangkan RPM adalah perkiraan penghasilan yang akan kita dapatkan per 1.000 tayangan yang kita terima. Sehingga, kesimpulannya mau ditinggal tidur sekalipun, selama masih ada visitor yang berkunjung terlebih lagi berkontribusi pada CTR, website kita akan tetap mampu menghasilkan.



3.  Memperoleh "Uang Dingin" dari Dividen serta Capital Gain Saham

Hal yang satu ini memang masih mengundang pro dan kontra bagi sebagian orang. Entah mereka yang belum paham prinsip saham itu sendiri atau mereka yang terlanjur sakit hati karena salah strategi ketika terjun di pasar modal. Gue paham, tidak semua orang siap menghadapi perubahan, fluktuasi tinggi, bahkan mau mengalah untuk menyisihkan sebagian waktunya untuk belajar sebelum terjun ke dunia saham.


Salah satu quote favorit Bapak Investasi Dunia yang selalu gue pegang sedari dulu adalah:

"Risk comes from not knowing what we're doing" - Warren Buffet

Saat gue pertama kali pada akhirnya berani sharing konten seputar saham dengan tujuan mengundang diskusi terutama dengan teman-teman yang sudah lebih pengalaman, tidak sedikit komentar yang seolah biasa saja tetapi tanpa sadar "sinis".



Source: Personal Doc.



Jujur, tidak semua orang komentar karena iri dan lain sebagainya. Banyak juga yang sebetulnya peduli karena tidak ingin kita mengalami "bencana". Meskipun sebagian yang lain ya hanya sinis saja hahaha. Tetapi begitulah hidup. Terkadang orang sampai harus memproyeksikan ketakutan mereka pada orang lain dengan cara mengecilkan ambisi seseorang agar ia tidak lebih maju darinya. Some people lives this way, to be honest.


Namun, baiklah kita kembali lagi ke bahasan soal menghasilkan dari saham. Gue dulu bisa menggunakan Instagram kira-kira 4 jam sehari bahkan lebih. Namun, setelah gue memiliki niat untuk menjadi investor yang berhasil di dunia saham, gue mengalah menyisihkan 50% waktu tersebut yaitu 2 jam, untuk membaca buku tentang saham. Kembali lagi ke prinsip 80/20 yang sudah kita bahas sebelumnya. Lewat saham, gue juga belajar tentang bagaimana mengasah kecerdasan emosional. Gue tadinya adalah orang yang mudah panik. Sekarang juga masih. Tetapi, jika berhubungan dengan pasar modal karena gue sudah berhitung faktor risiko (Margin of Safety dsb) sedari awal dan mulai mampu membaca market pattern, ternyata tidak semua solusi dari aset minus adalah Cut Loss


Dengan pendirian gue sebagai value investor yang terkadang juga menambah amunisi jangka pendek lewat emiten lain (swing trade di luar main portfolio dengan tujuan menambah amunisi jangka pendek), membangun portfolio secara konsisten dari Big Cap yang juga loyal membagikan dividen (profit yang dibagikan secara tunai bagi investor), menjaga nilai average portfolio, dan sebagainya. 


Pada akhirnya portfolio gue bisa berbalik arah di saat orang-orang pesimis terhadap index harga saham gabungan (IHSG) memilih hengkang dengan cara menjual semua atau sebagian besar portfolionya. Namun, tujuan gue bukan untuk menjustifikasi keputusan mereka. Gue percaya bahwa setiap orang punya keputusan finansial yang bersifat personal. Mungkin ada pula yang membutuhkan dana likuid secara mendadak. Meskipun sebagian lainnya memang tidak sabaran saja kemudian bersikap sinis pada mereka yang memilih untuk bertahan hingga emiten di portfolionya kembali ARA.




- Bintang Mahayana ©️ 2021


No comments:

Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!

Bintang Mahayana (c) 2018. Powered by Blogger.