My Journey Towards Sustainability: Serunya Belajar tentang "Sustainable Beauty and Wellness" di #LestarikanCantikmu Online Blogger Gathering 9 April 2021 | Bintang Mahayana

Wednesday, April 14, 2021

Holla!

Di postingan kali ini gue mau cerita pengalaman sekaligus berbagi ilmu yang gue dapatkan selama mengikuti acara #LestarikanCantikmu Online Blogger Gathering 2021 tentang Sustainable Beauty and Wellness. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Kompetisi Blog #LestarikanCantikmu yang mengundang 3 Narasumber kece seperti drg. Danang Wisnuwardhana (Skincare Content Creator), Gita Syahrani (LTKL), dan Christine Pan (Segara Naturals). Selain itu, ada juga 30 Blogger terpilih yang diundang untuk menghadiri acara ini secara daring. Di acara ini ada banyak sekali hal yang bisa dipelajari. Terutama kalau concern kita adalah soal Sustainable Beauty and Wellness. Kira-kira apa saja, sih keseruan dan ilmunya?

Keep on reading! :)




Prolog - Di Balik Layar Proses Drafting Artikel Blog saat Kompetisi

Cerita sedikit tentang pengalaman menulis artikel di Kompetisi Blog #LestarikanCantikmu. Kompetisi Blog diadakan sebagai bentuk kerja sama dari #LTKLxMadanixBPN yaitu Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Madani Berkelanjutan, dan Blogger Perempuan Network yang diadakan pada tanggal 8 Februari - 7 Maret 2021 kemarin.


Sumber gambar: Instagram @madaniberkelanjutan.id

Awalnya, gue hampir telat tahu ada kompetisi ini. Sehingga, nggak banyak waktu yang gue punya untuk riset dan drafting sebenarnya. Tetapi, alhamdulillah dalam kurun waktu kurang lebih 3 hari, artikelnya rampung dan siap publish. Alasan kenapa gue berani join sebenarnya karena requirements nya buat gue pribadi cukup menantang. Pasalnya, di salah satu poin wajib ada keharusan membahas minimal satu komoditas lokal yang berpotensi dijadikan bahan baku pembuatan produk kecantikan. Sewaktu baca poin ini, langsung berpikir, "Eh! Ternyata selama ini belum pernah secara spesifik bahas komoditas lokal, yaa di Blog!" 


Kayak nggak pernah terpikir sampai sejauh itu. Biasa review produk, yaa yang penting cocok saja di kulit. Bukan bagaimana label nya yang harus memenuhi kriteria eco-friendly baik dari kemasan maupun ingredients. Kemudian, soal komoditas lokal yang ada dalam produk memangnya sebesar apa, sih dampaknya bagi kesejahteraan masyarakat? Terutama para petani dan pengumpul yang termasuk dalam rantai pasok produk kecantikan yang kita gunakan sehari-hari.


Ya sudah, gue beranikan ambil langkah besar yang menantang pastinya dengan membahas tentang komoditas kelapa sawit. Memang secara riset nggak akan terlalu mendalam karena yang penting poin-poin yang mau disampaikan itu addressing nya jelas dan mudah dipahami. Karena, yaa sebagai Blogger tugas kita memang sebagai narator bagi topik yang sulit menjadi lebih mudah dipahami dengan bahasa yang mudah dan lugasAlhamdulillah, sebelum drafting artikel ini banyak menemukan hal-hal baru selama ngumpulin bahan untuk ditulis. OMG! Gue ke mana aja selama ini?



Tentang Acara

Apasih #LestarikanCantikmu Online Blogger Gathering? Jadi acara ini adalah diskusi daring seputar Sustainable Beauty and Wellness untuk menyebarluaskan tentang pentingnya menjaga lingkungan dalam praktek keseharian kita dalam menggunakan produk-produk perawatan dan kecantikan. Bahwa cantik saja tidak cukup. Tetapi, kita juga harus sadar akan pentingnya memilih kemasan dan bahan baku pembuat produk perawatan dan kecantikan yang ramah lingkungan.


Sumber gambar : Dok. Pribadi   

Acara ini juga merupakan undangan yang diberikan kepada 30 Blogger terpilih yang merupakan peserta dari Kompetisi Blog #LestarikanCantikmu yang gue jelaskan di awal tadi. Sehingga, acara ini juga sekaligus momen "Winner Announcement" dari Kompetisi Blog tersebut. Pada acara Online Gathering ini, undangan termasuk Blogger dan Narasumber berinteraksi secara daring via Zoom Meeting. Namun, bagi teman-teman di luar undangan pun tetap bisa nonton karena acaranya juga disiarkan secara langsung melalui Live Streaming di Youtube Lingkar Temu Kabupaten Lestari.


Tentunya, nggak nyangka yaa kalau artikel yang gue tulis sebelumnya bisa masuk menjadi bagian 30 besar nominasi pemenang Kompetisi Blog. Bisa masuk 30 besar dari ratusan Blogger yang submit karya-karyanya mereka aja sudah bahagia dan bangga banget rasanya! Begitu dapet bonus dikasih tau kalo gue Juara 1 itu kayak nggak percaya. Soalnya, ini adalah Kompetisi Blog pertama gue yang relatable dengan kehidupan sehari-hari sebagai Product ReviewerMasya Allah, Tabarakallah! Merasa beruntung bisa diberi kesempatan ikut belajar di Online Blogger Gathering dengan para experts di bidangnya masing-masing. Kalau kalian belum sempat baca artikelnya, boleh banget mampir di link berikut ini, yaa!


Baca Juga : Cara Mengenali Produk Kecantikan dari Label Kemasan dalam Upaya Mendukung Sustainable Beauty




Sumber gambar: Dok. Pribadi




Nggak ketinggalan, dapat hampers eksklusif yang cantik juga, dong! Makanya ada sesi foto bareng hampers juga pas di acara. Seru banget pokoknya. Acaranya tuh nggak kaku kayak kuliah, kok. Part random nya juga banyak hahaha.


Sumber gambar: YouTube LTKL


Oh ya, foto di bawah ini hanya sebagian aja. Masih banyak merchandise lain yang nggak muat di foto. Ada wooden cutlery, notes, goodie bags, dan juga body care! Alhamdulillah semuanya bakal terpakai banget! Apalagi untuk goodie bag baik yang belacu, kanvas, maupun parasut. Iya beneran dapat 3! Bahkan sikat gigi kayu nya juga udah diadopsi sama Papa hahaha.



Sumber gambar: Dok. Pribadi






Skincare Sharing Session bareng Narasumber

Bahagianya ikut Kompetisi Blog #LestarikanCantikmu ini, kita sebagai Blogger juga diberikan kesempatan untuk belajar sama-sama bareng para narasumber yang kece-kece. Tujuannya, supaya kita bisa terinspirasi dari mereka sekaligus sharing bareng agar bisa melestarikan kecantikan yang kita miliki bersama indahnya alam Indonesia. Sekilas mungkin bahasannya agak berat. Padahal, kalau kalian nonton di YouTube nya LTKL, duh banyak lawaknya! Hahaha.

Sumber gambar: Instagram @bloggerperempuan





1. DANANG WISNUWARDHANA (Skincare Content Creator)


Sumber gambar: YouTube LTKL


Siapa, sih yang nggak tau drg. Danang Wisnu Wardhana atau akrab disapa Pakde Danang? Beliau adalah seorang Skincare Content Creator yang konten-kontennya sangat inspiratif. Kalau udah review skincare di YouTube dan Instagram pasti ingredients nya dibahas sampai detail. Termasuk juga ingredients atau bahan baku kosmetik yang ramah lingkungan. Gue juga biasa kalau mau beli skincare baru wajib cari review nya Mas Danang dulu sebagai bahan referensi. 


Selama sesi berlangsung, Mas Danang sharing mulai dari pengalaman pribadinya yang ternyata sejak SD sudah pakai sunscreen, loh! Bukan hanya itu, tetapi beliau juga selalu mengaplikasikannya kembali atau reapply setiap 2 jam sekali. Kebiasaan dan pengalaman masa kecil inilah yang membentuk persepsi beliau tentang skincare. Diskusi pun dibuka oleh moderator dengan pembahasan berikut.


Sumber gambar: Instagram BPN; Ilustrasi oleh Bintang Mahayana



Waktu sesi tanya jawab, gue sempat bertanya, "Bagaimana sih, caranya mencari substitusi ingredient yang biasa kita pakai supaya lebih ramah lingkungan?" 


Kata Mas Danang, yang penting kita cari saja bahan dari golongan yang sama. Misalnya, kita biasa pakai microbeads untuk dijadikan scrub. Tetapi, banyak narasi yang mengatakan bahwa microbeads itu dapat menyebabkan micro plastic yang tentunya kurang ramah lingkungan. Nah, kita bisa cari substitusi dari microbeads tadi berupa bubuk kopi untuk dijadikan scrub. Baik microbeads maupun kopi, keduanya bisa dikategorikam ke dalam golongan exfoliators yang fungsinya adalah mengikis sel-sel kulit mati di permukaan kulit. Sehingga, kulit akan terasa lebih halus dan terlihat lebih cerah.


Tetapi, yang perlu gue tekankan di sini. Bubuk kopi yang Mas Danang maksud tentunya harus yang processed, yaa. Kalau kita sembarang pakai bubuk kopi apalagi yang butirannya kasar, bisa menyebabkan micro tears di kulit. Terutama pemakaian jangka panjang. Nah, gue baru inget, nih! Kalau dulu suka mampir ke drugstore suka banyak Lulur Bali yang berbahan dasar kopi atau bahkan coklat yang bisa digunakan sebagai natural exfoliators.





2. GITA SYAHRANI (Kepala Sekretariat LTKL)


Sumber gambar: YouTube LTKL


Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) adalah sebuah Government Organization yang merupakan asosiasi pemerintah kabupaten untuk gotong royong mewujudkan lingkungan terjaga dan masyarakat sejahtera. Kalian bisa kepoin Instagramnya di @kabupatenlestari.


Nah, Kak Gita Syahrani selaku Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) sempat sharing juga di Online Blogger Gathering ini sebagai salah satu narasumber. Selama sesi berlangsung, Kak Gita sharing tentang LTKL dan studi yang dilakukan pada generasi muda. Baik di Indonesia dan 3 negara besar, yaitu Korea Selatan, Jepang, dan Cina.


Sumber gambar: Instagram BPN; Ilustrasi oleh Bintang Mahayana



Foto screenshot di bawah ini adalah data statistik mengenai pertimbangan konsumen di Asia saat membeli produk kecantikan. Ternyata 3 alasan tertinggi yang mendasari pertimbangan tersebut secara berturut-turut adalah:


Sumber gambar: YouTube LTKL; Data Hasil Survei LTKL



1. Bahan dalam Produk

Hal ini berkaitan erat dengan jenis bahan baku (ingredients) baik perolehan hingga pengolahan. Serta kemungkinan efek jangka panjang yang ditimbulkan bagi lingkungan. Misalnya, apakah bahan tersebut berpotensi menghasilkan micro plastic.


2. Harga Produk Sesuai Budget

Tidak bisa dipungkiri, kebanyakan natural ingredient memang bisa dikatakan mahal jika dibandingkan dengan produk konvensional non organik. Sayangnya, tidak semua konsumen rela membayar mahal untuk itu. Meskipun, berdasarkan riset LTKL ada kecenderungan kaum pria sebagai potensi market yang cukup loyal terhadap brand dan rela membayar lebih untuk added values yang ditawarkan. Tidak heran, TOP 10 brands terutama di Korea Selatan dan Jepang mulai mengusung label Skincare for Men.


3. Kualitas Produk

Tentu saja, pada akhirnya kita tidak boleh mengesampingkan tujuan utama menggunakan sebuah produk, yaitu memperoleh produk dengan kualitas yang baik. Pastinya, sebelum membeli produk kita harus riset ingredients yang terkandung dalam produk, memahami cara kerjanya, dan memahami cara penggunaanya untuk hasil terbaik.


Baca Juga : Cari Tahu Skincare Products Ingredients yang Kalian Butuhkan Berdasarkan Permasalahan Kulit



Lalu, bagaimana sih cara kita mendefinisikan bahwa suatu produk atau brand telah memenuhi kriteria sebagai produk yang ramah lingkungan dan ramah sosial? Tentunya, setiap komoditas pasti memiliki standardnya masing-masing. Berdasarkan presentasi Kak Gita, terdapat standard bernama NATURA yang mendefinisikan natural skincare dan organic product. Setidaknya secara garis besar harus memenuhi 3 aspek sebagai berikut.


Sumber gambar: YouTube LTKL; Data Hasil Survei LTKL



1. Menjaga Fungsi Alam Tanpa Bencana

Hal ini berkaitan erat dengan bagaimana proses penanaman hingga pemanenan komoditas lokal tersebut serta pengaruhnya bagi alam sekitar. Baik air, tanah, dan udara harus tetap terjaga ekosistem serta kualitasnya. 


Pentingnya apa, sih? Coba bayangkan kalau air di rumah kita keruh dan kotor, udara yang kita hirup sudah terlalu banyak mengandung polutan, serta tanah tercemar dan aliran air permukaan pun tidak lagi bisa dikonsumsi. Maka, hidup kita tidak akan nyaman, bukan? Kalau sudah begini, mau pakai produk skincare apapun jadi nggak akan ngaruh lagi di kulit, deh! 


2. Petani/ Pekebun Pekerja Sejahtera

Masyarakat yang terlibat dalam rantai pasok juga tidak boleh kita lupakan. Bagaimanapun juga, tanpa mereka kita tidak akan mungkin dapat menikmati beragam manfaat dari berbagai komoditas lokal. Khususnya yang terkandung dalam produk yang kita pakai. 


Tentunya, hal ini berkaitan erat dengan praktek fair-trade serta dukungan dari berbagai stakeholders yang memiliki peran vital dalam menjadi jembatan antara petani atau pekerja dengan brand. Lalu, bila kita membeli komoditas semi-processed dari UMKM, kesejahteraan mereka pun perlu kita perhatikan.


3. Energi & Limbah Produksi Terjaga

Tidak banyak brand yang berani berkorban untuk punya cost lebih dalam hal pengolahan energi dan limbah produksi dari produk-produknya. Sehingga, para brands yang memiliki fasilitas energi terbarukan (renewable energy) untuk proses produksinya patut kita apresiasi. Setidaknya, sebagai produsen usaha tersebut merupakan salah satu bentuk pengurangan emisi karbon yang tentu memiliki dampak baik bagi lingkungan.




3. CHRISTINE PAN (Founder Segara Naturals)


Sumber gambar: YouTube LTKL



Kalian udah tau belum, sih local organic brand Segara Naturals? Kemarin gue dapat kesempatan nyobain 2 produknya Segara, nih! Ada natural soap dan deodorant. By the way, ini pertama kalinya gue nyobain solid deodorant yang bahan utamanya adalah Shea Butter. Sekalian Mini Review, yaa hehe. Lucu banget packagingnya tin jar begini. Awalnya memang bingung. "Ini cara pakainya gimana, yaa?" dalam hati. Tanya-tanya di Instagram Story katanya dicongkel aja terus apply deh Maklum, newbie hehehe....


Sumber gambar: Dok. Pribadi


Segara Naturals (@segaranaturals) adalah brand lokal produk perawatan dan kecantikan yang fokusnya menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Karena bahan bakunya dari alam dan hanya menggunakan tumbuh-tumbuhan, jadi otomatis produk-produknya juga vegan-friendly! Kalau kalian cari produk yang palm oil free dan hanya menggunakan 100% essential oil blend, gue rasa perlu cobain produk-produknya Segara Naturals juga, sih.


Saat sesi berlangsung, Kak Christine cerita banyak soal personal journey beliau melihat alam Indonesia hingga akhirnya mendirikan Segara Naturals. Berikut ceritanya.


Sumber gambar: Instagram BPN; Ilustrasi oleh Bintang Mahayana


Saat sesi berlangsung, gue sempat bertanya, "Bagaimana proses pemilihan bahan baku Segara Naturals dari raw material hingga menjadi produk. Kemudian apa yang menjadi dasar bahwa produk-produk Segara Naturals aman diaplikasikan di kulit manusia secara topikal?"


Kata Kak Christine, Segara memiliki vendors untuk memperoleh bahan bakunya. Sehingga, otomatis untuk masalah penelitian disediakan dari pihak mereka. Pada dasarnya, di Segara itu basic-nya adalah scientific research. Latar belakang Kak Christine yang dulunya sempat berkutat di Science Lab dan berpengalaman dalam hal paper publication, tentunya membuat Kak Christine dapat membedakan mana riset yang kredibel dan dapat dipercaya. Mana pula riset yang hanya omong kosong, terlalu banyak klaim, dan akal-akalan saja. Pokoknya kalau sample size nya terlalu kecil dan klaim nya terlalu banyak dan berlebihan, Segara sudah pasti nggak akan ambil.


Kak Christine juga bilang, Segara tidak pernah mengklaim produknya zero waste karena itu tidak mungkin. Tetapi, Segara selalu mengupayakan semaksimal mungkin untuk bertanggung jawab terhadap limbah baik itu produksi produk maupun day to day operational-nya. Jadi, di Segara itu karyawan juga tidak jajan produk yang kemasannya masih menggunakan sedotan plastik. Selain itu, Segara juga tidak pernah mengklaim bahwa produknya sudah sempurna. Kata Kak Christine, "because it's always part of the journey." Meskipun sudah banyak yang suka produk-produknya Segara. Oh, ya! Kita sama-sama doakan buat Segara semoga proses uji sertifikasi BPOM nya diberikan kelancaran, yaa. Sehingga, produk-produk Segara Naturals bisa segera terdaftar di BPOM supaya kita juga lebih merasa tenang.




Epilog - Sudah Belajar Apa Saja?

Setelah mengikuti acara #LestarikanCantikmu Online Blogger Gathering ini, rasanya bersyukur banget karena jadi makin sadar tentang pentingnya Sustainable Beauty and Wellness. Yang tadinya gue pake produk asal bagus dan cocok aja di kulit, sekarang jadi lebih tercerahkan. Bahwa gue juga sudah saatnya lebih peduli dengan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Betapa pentingnya memilih produk yang ramah lingkungan dan ramah sosial karena ada kaitannya dengan carbon footprint (jejak karbon) yang kita tinggalkan. Masa, sih mau mewariskan alam yang rusak untuk generasi selanjutnya? Kemudian, gue yang tadinya banyak fokus ke synthetic ingredients (bahan-bahan sintetis) juga jadi sadar. Betapa banyaknya komoditas lokal Indonesia yang baik bagi kulit dan kesehatan. Dengan memakainya, otomatis kita juga turut serta melestarikan keanekaragaman hayati serta memajukan perekonomian masyarakat. Terutama, mereka yang termasuk dalam rantai produksi tersebut.


Memang soal keberlanjutan lingkungan ini kesan awalnya seperti hal kompleks yang susah untuk dimengerti. Kita terkadang berpikir tentang  seberapa besar pengaruhnya terhadap global carbon footprint. Padahal, dampak pemanasan global sudah sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Sesimpel tadinya kita bisa merasakan dinginnya suatu kota meskipun tanpa AC, sekarang rasanya di mana saja gerah, yaa?


Kemudian, baru-baru ini saudara-saudara kita di Nusa Tenggara Timur (NTT) dilanda bencana Angin Siklon Tropis (Siklon Seroja). Daerah yang biasanya tidak pernah banjir pun bisa banjir bandang. Padahal, faktanya menurut BMKG Angin Siklon Tropis ini lebih sering terjadi di lautan dibandingkan di daratan¹. Akibatnya, angin dengan kecepatan¹ 85km/jam dan diameter² +100.500km memporak-porandakan 11 daerah di NTT³, yaitu: Kab. Sumba Barat, Kab. Ngada,  Kab Alor, Kab. Sumba Timur, Kab. Ende, Kota Kupang, Kab. Malaka, dan Kab. Rota Ndao


Sumber gambar : CNN Indonesia

 

Dengan kondisi bumi yang sudah menua ini, sekecil apapun peran kita sebagai seorang individu akan memberikan dampak yang besar terhadap lingkungan. Salah satunya adalah dengan secara perlahan mulai menerapkan Sustainable Living, tidak terkecuali dalam hal Beauty di mana sehari-hari kita menggunakan produk-produk perawatan dan kecantikan untuk seluruh tubuh kita. Sebagai orang yang sudah memulai menerapkannya, gue merasa Wellness pun mengikuti. Sebab, kemasan-kemasan yang gue gunakan beberapa sudah didaur ulang dan sisanya masih disimpan untuk proses daur ulang nantinya di bank sampah. Rasanya, hati dan pikiran menjadi jauh lebih tenang dan bahagia gitu, kalau apa yang dipakai sedikit banyak berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan. Seperti kutipan Mas Danang tadi. Termasuk juga mulai concern soal pemilihan ingredients yang lebih ramah lingkungan. Small change is still a change! Perubahan yang kecil tetaplah perubahan. 


Berikut adalah 3 langkah mudah untuk mulai menerapkan Sustainable Beauty ala Bintang dengan 3P (Pilih, Pakai, dan Pilah):


Sumber gambar : Dok. Pribadi; Ilustrasi oleh Bintang Mahayana          

           

1. Pilih

Pilih produk yang menggunakan kemasan dan bahan baku ramah lingkungan serta brand yang menerapkan Etichal Harvesting* dan Fair-Trade.**

*Ethical harvesting artinya brand memanen bahan baku pembuat produk yang berasal dari tumbuhan secara bertanggung jawab. Dengan tidak melakukan perusakkan hutan serta melakukan penanaman kembali agar terjadi keberlanjutan spesies tanaman yang diambil.

**Fair-Trade artinya brand melakukan transaksi jual beli bahan baku pembuat produk dengan petani atau pemasok bahan dengan harga yang sesuai dengan pasar, tidak melakukan praktek monopoli, serta mendukung masyarakat sejahtera.


Nah, di poin pemilihan produk ini nyambung, nih sama presentasinya Kak Gita Syahrani. Bahwa ada 6 step yang bisa kita lakukan untuk memilih produk yang ramah lingkungan dan ramah sosial sebagai berikut.


Sumber gambar: Points oleh Kak Gita Syahrani (LTKL); Infografis oleh Bintang Mahayana


2. Pakai

Usahakan untuk selalu pakai sampai habis produk yang kita gunakan dengan pemakaian yang bijak atau tidak kelewat boros selama masa PAO (Period After Opening) dan sebelum masa kadaluwarsa.


3. Pilah

Pilah sampah bekas kemasan dan label kemasan produk bekas bakai dan jangan buang di sembarang tempat. Pisahkan berdasarkan jenisnya. Lalu, setorkan ke pengelola sampah terpilah atau lakukan daur ulang secara mandiri.


Baca Juga : 5 Cara Mudah Mengelola Sampah Bekas Kemasan Produk Kecantikan sebagai Wujud Sampahku Tanggung Jawabku


Sumber gambar: Dok. Pribadi; Ilustrasi (painting) oleh Bintang Mahayana


***

Thank you for dropping by and see you on my next blogpost!

- Bintang Mahayana ©️ 2021 -




REFERENSI

¹Setyowibowo, Yudi. 2021. Baru Pertama Terjadi, BMKG: Pusaran Angin Siklon Seroja di NTT 85 Km/Jam. Dalam https://sains.sindonews.com


²Siklon Tropis dan Perubahan Iklim di Indonesia - Pusat Studi Bencana. Dalam jurnal https://psb.lppm.uns.ac.id/


³Redaksi CNN. 2021. Rincian Data 11 Wilayah Terdampak Siklon Seroja di NTT. Dalam https://www.cnnindonesia.com/

2 comments:

  1. Wah selamat yaa jadi juara 1..keren..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masya Allah Alhamdulillah. Thank you Kak Dewi. Makasih juga sudah visit yaa🙌🏻

      Delete

Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!

Bintang Mahayana (c) 2018. Powered by Blogger.