Why My Skin Is Always Troubled? ‒ Bintang's Skin Story

Friday, March 18, 2022
why-my-skin-is-always-troubled-bintangmahayana-com



Hola!

Terima kasih buat teman-teman yang sudah sering mampir ke blog gue yaa. Buat yang baru menemukan blog ini gue ucapkan selamat datang. Di postingan kali ini gue nggak akan review skincare atau make up seperti biasa. Tetapi lebih ingin cerita dan ngajak kalian ngobrol aja, sih. Siapa tahu teman-teman juga pernah ngerasain atau ngalamin hal yang sama dengan yang gue alami.


Okay, jadi awalnya kenapa sih gue menulis artikel ini? Jujur, terkadang gue ngerasain capek juga jadi beauty blogger. Awalnya gue nggak berencana jadi beauty blogger. Hobi gue ya blogging. Kebetulan aja gue punya ketertarikan dengan dunia beauty karena memang dulu jaman remaja pernah ngalamin breakout parah. Terus, waktu memasuki usia early adult atau sekitar 20s, kulit gue membaik dan sering ditanyain lah sama teman-teman yang gue kenal di dunia nyata. Beberapa yang pernah tahu kalau gue dulu jerawatan terus kok bisa membaik kulitnya, pasti penasaran kan gue pakai apa aja? Jadilah, gue tulis artikel review. Sampai akhirnya satu per satu mulai bermunculan tawaran kerja sama dari berbagai beauty brands baik lokal maupun internasional. Gue bilang capek tuh bukan berarti gue nggak suka sama profesi gue yaa. Tetapi, lebih ke capek karena sesuka-sukanya kita sama hobi ketika sudah menjadi pekerjaan ada responsibility yang kita emban di dalamnya.


Kepikiran berhenti, sih enggak sama sekali. Soalnya udah ngerasain gimana enaknya berhemat karena hampir selalu dapet produk gratis dan nggak perlu beli skincare dan make up sendiri, most of the time. Ngerasain juga gimana serunya jalin kerja sama dengan beberapa PR Marketing bahkan brand founders. Ada juga dengan perusahaan manufaktur kosmetik. Seru, banget pokonya! Banyak pengalaman berharga yang mungkin nggak akan pernah gue dapatkan kalau nggak jadi blogger. Mungkin sebagian dari kalian bakal bergumam "Wah, asiknya!" begitu dengar cerita barusan, yaa? Tetapi, seseru-serunya pekerjaan tetap saja akan ada sisi lain yang berdampak terhadap kehidupan gue juga. Kok bisa? Nih, ya gue ceritain di bawah.





Salah satu dampak terbesar yang gue dapatkan dari menjalani profesi ini adalah gue jadi super aware dengan kondisi kulit gue. Sampai ke hal-hal yang sebetulnya nggak perlu gue permasalahkan sedetail itu aja kadang gue pikirin juga. Gue pernah sampai di titik di mana gue jadi questioning "Why my skin is always troubled?" ‒ kenapa kulit gue bermasalah melulu, dah? Setiap mau coba skincare baru, kulit yang tadinya adem-ayem aja entah kadang suka tiba-tiba gatel lah, muncul jerawat lah, kusam lah. Di satu sisi, ada bagusnya karena jadi ada parameter yang cukup visible untuk di-review. Tetapi, sampai di sini gue malah jadi mempertanyakan paradigma ini sendiri. Memangnya gue ngarep kulit gue bermasalah, yaa hanya supaya ada bahan buat review?


Jujur, waktu mikir gitu kadang gue nangis. Soalnya, profesi gue ini emang sering menuai komentar yang membuat pelakunya serba salah. Kalau kulit udah mulus terus review skincare, kadang ada yang bilang:
"Kulit lo mah udah bagus dari sananya mau pakai apa aja kulitnya udah kuat juga udah sering coba skincare banyak." 

Tetapi di POV lain, bisa juga menuai komentar:
"Pakai skincare macem-macem kok tiap review ada aja masalahnya gak selesai-selesai?" 

Nggak tau gue yang mungkin terlalu sensitif dengan noise di sekitar atau memang teman-teman juga pernah ngalamin hal yang sama? Poinnya adalah gue jadi banyak bertanya ke diri sendiri. Sebenarnya mindset gue ini bukankah bergeser dari apa yang gue yakini sebelumnya? I was taking my skincare as my besties, my playground, and my hobby




Gue mau review skincare yang intinya itu kan berbagi pengalaman. Bukan soal mengeskpos kalau kulit gue bermasalah melulu supaya orang lain bisa relate. Mungkin, selama ini gue selalu berpikir, mana ada orang yang mau repot-repot baca tulisan gue panjang-panjang kalau gak ada korelasinya sama mereka? Satu hal yang gue percaya, people read because it's valuable for them. Orang baca review gue tentang skincare yang bisa mencerahkan bekas keitaman, misalnya ya karena mereka lagi ngalamin masalah itu dan pengen dapet rekomendasi buat membantu mengatasinya. Orang baca artikel gue yang ini, kemungkinan besar juga punya pertanyaan yang sama dengan judul artikel ini.


Ternyata, setelah gue coba renungkan lagi, seringkali masalah kulit gue timbul karena persepsi dan pikiran gue pribadi. Sejauh ini sudah ada ratusan produk kecantikan yang pernah menempel di kulit gue. Untuk yang sudah di-review singkat di Female Daily App saja ada 300+, belum sama produk-produk yang tidak pernah gue bicarakan, maupun yang gue review lengkap di Blog dan Instagram. Tetapi, setiap mau coba produk baru terkadang gue juga masih ngerasa takut, kok. Jujur, soalnya kulit gue bisa sangat reaktif di hari-hari tertentu. Pernah ada masa di mana selama 6 bulan lamanya somehow I managed to have such clear skin. Tetapi setelahnya langsung duarr! Muncul 4 jerawat secara bersamaan yang kemerahan dan sakit. Sampai kadang mikir, jerawat gue jaman remaja dulu belum cukup apa ya sampai di masa 20s gue juga masih harus berkutat dengan hal-hal kayak begini? Di saat urusan hidup gue masih banyak yang lebih urgent ketimbang ngurusin jerawat "doang".


Sampai akhirnya waktu itu gue sempat driving around sama Mama dan ngobrol banyak soal ini. Mama cerita kalau dulu jaman remajanya juga pernah ngalamin apa yang gue alamin. Bahkan setelah lewat masa puber. Tetapi, semakin dewasa justru perlahan fading. Sekarang Mama sudah masuk middle age dan termasuk yang nggak pernah perawatan lebih dari basic. Tetapi kok, Mama selalu terlihat awet muda bahkan sering dikira Tante gue yaa ampun. Okelah, Mama memang bukan dokter kulit, tetapi lebih banyak bercerita berdasarkan pengalaman. Waktu itu Mama bilang kalau Mama justru bersyukur karena masa-masa terberatnya menuntaskan masalah kulit justru berhasil dilewatinnya di usia muda. Apapun masalah kulit yang dihadapi di usia belasan hingga 20s, relatif lebih bisa cepat diatasi karena kemampuan kulitnya untuk beregenerasi masih sangat baik. Produksi kolagennya juga kan masih cukup. Teman-teman yang mungkin sudah melewati 2 kategori usia tersebut tetapi baru mengalami masalah kulit hormonal pasti paham banget gimana susahnya mengatasi adult acne bukan?

Jangan disalahartikan diksi "bersyukur" di atas, yaa. Bukan berati kalau kulit kita "bermasalah" di usia muda terus kita santai aja tanpa berusaha mengedukasi diri untuk menyehatkan kulit. Tetapi, perlu diingat juga bahwa mindset yang kita punya dalam prosesnya adalah kunci yang sebenarnya. Makanya, sekalipun gue menjalani profesi ini, ada kalanya gue juga perlu evaluasi mindset gue pribadi. Bahwa terkadang masalah kulit yang kita alami ada yang nyata ada yang hanya persepsi. Masalah kulit yang nyata memang perlu diatasi segera karena ada potensi semakin parah dan bahkan mengganggu kegiatan sehari-hari. Masalah yang terlihat nyata tetapi sebetulnya hanya persepsi inilah yang gue seringkali tanyakan ke diri sendiri. Komedo nggak ada habisnya? Ya memang komedo akan selalu ada selama kelebjar minyak terus memproduksi sebum dan regenerasi kulit kita masih terjadi. Kulit kusam terus? Tunggu, jangan-jangan pencahayaan ruang kita yang bermasalah, nih? Noda hitam kok ada terus? Wah, bukannya skin tone lagi meningkat lebih cerah dari biasanya? Sampai bekas-bekas kehitaman yang tadinya seperti tidak ada, sekarang jadi terlihat?




Jadi, yuk sebelum mengeluh tentang kondisi kulit kita coba deh tanyakan lagi ke diri kita sendiri. Apa kita perlu concern sama kulit kita hingga sejauh itu? Buat teman-teman beauty blogger pun, semoga kita semua nggak lupa buat mengingatkan teman-teman pembaca bahwa pakai skincare itu harusnya dinikmati dan kitanya merasa happy. Bukan cuma biar ada perubahan drastis atau harus menjadi standar tertentu. Apalagi sampai harus merasa merawat kulit dengan skincare nggak ada gunanya karena nggak "ngaruh apa-apa". Buat gue, skincare yang baik itu bukan yang bikin glowing paripurna sampai kalian pangling sama kulit kalian sendiri, meskipun itu bagus. Tetapi, sejatinya skincare yang baik adalah yang mampu bekerja sama dengan microbiome yang ada di kulit kita dan menjaga skin barrier kita lebih lama supaya semakin sehat kulitnya.

No comments:

Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!

Bintang Mahayana (c) 2018. Powered by Blogger.