DAY 1 : Arti Nama Blog "Bintang Mahayana" #BPNRamadan2021

Tuesday, April 13, 2021


Holla!

Assalamu'alaikum semuanya. Gimana puasa hari pertamanya? Lancar? Apa udah mau mokel aja? Hehehe. Di postingan kali ini gue lagi memulai BPN 30 Day Ramadan "Blog Challenge 2021", nih! Sekalian bikin group baru khusus Blog Challenge. Sering banget ditanya soal nama, jadi kenapa enggak gue ceritain aja di sini. Suka dukanya punya nama ini haha gadeng! Bersyukur, kok. Cuma kadang suka ada kejadian atau komentar kocak soal nama gue. Penasaran? 

Keep on reading! :)



Nama Domain Blog

Bintang Mahayana - adalah nama gue sendiri yang juga gue jadikan sebagai nama domain blog ini. Alasannya supaya gampang diinget aja. Karena suka sebel kalo nama belakang gue salah mulu. Kadang jadi "Maharani", "Mahayani", bahkan yang paling nggak ada akhlak suka jadi "Ramayana". Hadeuh ðŸ˜‘


Sebenarnya nama Bintang itu diambil dari waktu kelahiran gue, yaitu ba'da adzan maghrib. Ya, karena lahirnya malam yaudah namain aja Bintang. Simpel bener emang pemikiran Nyokap :') Sebenarnya ada nama tengah gue sih, Putri. Tapi cuma dekorasi doang biar ga disangka cowok😭 Makanya jarang gue pake karena males aja kepanjangan. Biar kayak bule-bule gitu kan, first name dan surname aja yang dipublikasikan. Yakali buat domain panjang banget, Bund! Hahaha...




Pernah Dikira Buddhist

Mahayana dalam nama gue ini cukup kontroversial, yah saudara-saudara. Pernah pas lagi les LIA, teacher nya nanya begini waktu absen:

"Bintang Putri Mahayana. Wait! Are you Buddhist?" (Bintang Putri Mahayana. Tunggu! Kamu beragama Buddha?). Di situ gue bengong dan melongo. Posisi masih anak SMP Kelas 8. Pulang ke rumah gue Googling. Ternyata memang ada aliran Buddha yang bernama "Buddha Mahayana". Masih penasaran, gue tanya lah sama Bokap.


"Pa, kenapa nama belakang aku dinamain Mahayana?" Jawabannya bikin tercengang, gaes! Ternyata, dulu jaman Papa kuliah di ITB tuh punya teman baik namanya "Dmitri Mahayana" dan orangnya Masya Allah genius kata Papa. Jadi, maksudnya biar ketularan gitu. Ga paham, sih orangnya berkeyakinan apa. Tetapi, Papa memang pernah ambil Mata Kuliah Agama Buddha. Tahu nggak alasannya? Katanya biar cepat lulus. Soalnya, Mata Kuliah Agama Islam susah lulusnya. Ya, silakan tertawa teman-teman. GRATIS.


Tadinya, mentah-mentah mau dinamain "Dmitri Mahayana" kalau aja gue cowok. Tetapi, malah jadi "Bintang" dan bukan "Dmitri". Padahal sama-sama macho. Yah, padahal kan bisa ngaku adeknya Kak Ayla Dimitri kalo nggak diganti...




First Name yang Rawan Typo Berbahaya

Kalau kalian punya teman yang namanya "Bintang", kalian suka manggilnya bagaimana? Misal lagi ngobrol santai atau chat. Bin, Bi, Tang? Masalahnya jujur aja gue rada nggak suka nama gue disingkat begitu. Pertama, "bin" itu kalo di British English artinya "tong sampah", loh teman-teman -__- Kedua, "bi" kalau di Bahasa Sunda artinya "Tante". Padahal masih muda, ih! Serba salah jujur. Ketiga, kalau suka nyingkat "Tang" di chat suka banyak yang typo jadi "Yang". Hey! Nggak sopan, ih!


Mending kalo cewek. Kalo cowok kan jadi awkward. Masalahnya pernah atasan yang typo. Untung cepat dikoreksi soalnya mau delete keburu read karena chat room nya belum sempat ditutup karena lagi hectic mau meeting waktu itu. Yekan, kesian pasangan gue jadi salah paham. Meskipun ngerti, kok sebenarnya typo. Malah gue jadiin bahan becandaan.




Mitos "Keberatan Nama"

Kalian pernah dengar istilah "keberatan nama" nggak, sih? Jadi, dulu waktu masih bayi sampai sekitar usia TK, gue tuh lumayan sering sakit-sakitan. Kayak hampir setiap bulan ke Dokter Umum. Sampai Dokter nya hafal. Halo dr. Mirna! Pokoknya ada aja. Yang demam lah, batuk lah, pilek lah. Sampe pusing sendiri orang tua. Untung 9 tahun jadi anak tunggal. Nggak kebayang kalau anaknya lebih dari satu terus ada yang gampang sakit giti repotnya kayak apa. 


Cuma, Papa sama Mama tuh malah percaya hal yang sebaliknya. Bagi kedua orang tua gue, "Nama adalah Doa". Ya, jujur, nih yaa! Kadang, gue ngerasa ada beban moral tersendiri menyandang nama "Bintang". Dulu, waktu SD gue memang langganan juara kelas, menang lomba bahkan termasuk salah satu siswa berprestasi. Sampai guru gue bilang, "Namanya aja Bintang. Ya, harus jadi Bintang kelas, dong!". Maksudnya baik, ngasih semangat biar gue bisa memertahankan prestasi itu.


Hanya saja, banyak yang nggak sadar akan dampak psikologis yang terjadi di diri gue. Karena sering dapat korelasi tentang "Namanya Aja Bintang", akhirnya membentuk pribadi gue yang perfeksionis. Kalau nggak juara, malu. Kalau nggak ranking, pasti belajarnya kurang. Kalau nggak ngerti ditanya apa, pasti kurang rajin baca bukunya. Waktu SMA juga, mati-matian ngejar prestasi di segala level. Mulai dari regional kota, propinsi, nasional, hingga puncaknya di ranah internasional. Sewaktu pulang dari AFS Japan syndrom "Namanya Aja Bintang" makin menjadi. Jujur, fase ini adalah QLC pertama gue sebenarnya. Begitu seterusnya sampai dewasa. Meskipun setelah memasuki fase QLC mulai selow. Malah waktu beneran Quarter Life lebih menerima takdir. Kalau rencana A ga berhasil, kan alfabet lain masih banyak. Masih ada sampai huruf Z.


Menghadapi over-estimate orang lain itu memang berat. Tetapi, tetap lebih sakit kalau underestimated. Jadi, gue bersyukur orang tua gue nggak mengganti nama gue seperti saran orang-orang dahulu. Mereka tetap mempertahankan nama "Bintang Mahayana" karena berharap ke manapun gue pergi, gue akan punya cahaya gue sendiri. Lebih baik lagi, kalau cahaya itu juga bisa memberi kebaikkan bagi orang-orang di sekitar gue. So, I am grateful for it! Disyukuri saja.



***

Bintang Mahayana ©️ 2021

[BPN 30 Day Ramadan "Blog Challenge" 2021] - DAY 1 "Arti Nama Blog"


No comments:

Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!

Bintang Mahayana (c) 2018. Powered by Blogger.