[BOOK REVIEW] Siapa yang Akan Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? oleh Kim Sang-hyun | Bintang Mahayana

Wednesday, September 29, 2021
Holla!
Sudah lama tidak mengulas buku yang habis dibaca. Sebenarnya ada banyak. Tetapi, kali ini mau review buku yang lagi ramai banget dibicarain di Instagram. Apalagi kalau bukan Siapa yang Akan Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? oleh Kim Sang-hyun? Buku non fiksi ini isinya tentang apa, sih? Judulnya, kok rada seram, yaa?
Yuk, simak ulasannya, yaa!



Review-buku-siapa-yang-akan-datang-ke-pemakamanku

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi







DETAIL BUKU



Cover-buku-siapa-yang-akan-datang-ke-pemakamanku

Sumber Foto: Penerbit Haru (Shopee)



Judul                     : Siapa yang Akan Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?
Penulis                  : Kim Sang-hyun
Bahasa Asli           : Korea
Penerjemah          : Dewi Ayu Ambar Rani
Penyunting           : Andry Setiawan
Resenator             : Bintang Mahayana
Tahun Resensi      : 2021
Genre                    : Non Fiksi - Self Development
Usia                       : 15+
Jumlah Halaman : 168 halaman
ISBN                     : 978-623-7351-54-2
Penerbit                : Penerbit Haru
Cetakan                : kelima, Juli 2021
Harga                   : Rp77.000,00*
Pembelian            : Shopee @penerbitharu

*Dibeli dengan harga diskon Rp48.000,00*






SINOPSIS


"Siapa yang akan datang ke pemakamanku saat aku mati nanti?


Satu pertanyaan sederhana itu membuat Kim Sang-hyun banyak berpikir tentang hidup dan segala persoalannya. Buku ini adalah catatan kecil sang penulis yang berusaha untuk hidup sedikit lebih baik, sedikit lebih bahagia, sedikit lebih sejahtera. Ditulis dengan gaya bahasa yang tenang dan jujur, Kim Sang-hyun mencoba menyampaikan kehangatan, memberikan penghiburan, dan menumbuhkan kekuatan bagi pembaca untuk menjalani hidup, meraih mimpi, juga mengatasi kekecewaan dan berbagai perkara hidup sehari-hari." 








DAFTAR ISI


Endorsement

Kata Pengantar - dr. Andreas Kurniawan, Sp. KJ

Kesan Penulis - Kim Sang-hyun



BAB 01 - KESALAHAN


Tidak menghargai sesuatu yang berharga dan malah mengidamkan hal-hal baru; fokus pada semua yang tidak dimiliki dan mengabaikan hal-hal yang berharga; menyesal ketika perpisahan tiba; mengulangi kesalahan yang sama terus, meski tahu penyesalan akan datang: begitulah, aku memang bodoh.




BAB 02 - HATI YANG HILANG


Orang yang telah berjuang sekuat tenaga akan mengerti, bahwa ada orang yang tidak bisa berada di sisimu meski kamu berusaha mempertahankannya, dan ada orang yang akan selamanya di sisimu tak peduli apa yang terjadi.

Aku selalu mengusahakan yang terbaik dalam sebuah hubungan. Aku bahkan selalu menyayangkan orang-orang yang pergi meninggalkanku selama ini. Perasaanku menjadi tenang jika memikirkan bahwa mereka memang bukan bagianku. Itru membuatku bisa fokus hanya pada orang-orang yang ada di sisiku. Aku bisa memberi lebih banyak cinta untuk mereka. Kita akan bisa menyadari nilai hati, hubungan, cinta yang sebenarnya saat kita bisa mencurahkan segalanya.

Selamat tinggal hati yang hilang.





BAB 03 - SEJARAH


Sosokmu tidak akan dilupakan. Bagi seseorang, mungkin kamu muncul sebagai tokoh bersejarah bahkan revolusioner hebat. Apa pun boleh, kuharap kamu bisa dikenang dan dicatat dalam sejarah pribadi seseorang.

 




BAB 04 - SEMOGA ITU KEBAHAGIAAN


Penampilanku biasa saja, aku tidak memiliki bakat yang luar biasa, banyak bicara, menykai orang, tetapi juga terluka karena orang, ingin memiliki yang tidak kumiliki, banyak yang membuatku iri, dan tentu saja banyak yang ingin kulakukan. Kadang aku berpikir negaif sampai mengganggu pekerjaanku. Semuanya ini hanyalah sesuatu tentang diriku.
Aku pernah membenci sosok diriku ini. Aku benci karena merasa tidak ada satu pun hal istimewa dalam diriku. Meski aku bersinar cemerlang di tempatku berada, aku membenci diriku ang tidak bisa fokus terhadap diri ini...







REVIEW

Buku ini memang hampir mengarah ke autobiografi. Namun, lebih dikemas seperti jurnal dari penggalan-penggalan kisah hidup sang penulis. Di dalamnya penulis kerap menceritakan suatu peristiwa, bagaimana sikap atau reaksinya pertama kali saat menghadapi situasi tersebut, hingga bagaimana ia merefleksikan kejadian tersebut dengan introspeksi diri. Sehingga timbul pemikiran di masa selanjutnya yang membentuk pola pikirnya di masa sekarang.


Sayangnya memang, pendapat-pendapat yang dikemukakan di dalamnya sebagian besar cenderung subjektif. Bukan pada dasar teori tertentu. Sehingga, kebijakan kita sebagai pembaca untuk menyerap isi bacaan sangat diperlukan. Beberapa refleksi memang cukup menyentil. Terutama jika tingkat relatabilitasnya dengan kisah hidup kita cukup tinggi. Namun, jika tidak terlalu ada korelasi, bisa diambil sebagai hal baru yang cukup kita tahu saja.


Latar belakang budaya, gender, agama, usia, lingkungan tentu berpengaruh besar dalam penulisan buku ini. Sehingga, sangat manusiawi jika buku ini memiliki tingkat relatibilitas yang berbeda dengan para pembacanya. Namun, satu hal yang perlu diapresiasi adalah ketulusan penulis untuk menceritakan sisi-sisi rapuh dirinya, mengakui kesalahan atau cara berpikiri dirinya di masa lalu, dan kesan menyertakan pembaca di dalam tulisannya dengan sesekali menggunakan kata ganti orang ke-2.


Tentang judul buku ini, sejujurnya isi buku tidak sepenuhnya berbicara soal kematian. Justru lebih banyak bicara tentang kehidupan. Tentang bagaimana kita sudah bersikap selama ini. Apakah sudah cukup baik hingga ada orang yang ingin datang ke pemakaman kita? Bagaimanakah kita akan dikenang? Apa yang akan kita tinggalkan di dunia sepeninggal kita nanti? Juga tentang memaafkan orang-orang yang pernah menyakiti kita. Hari ini kita memaafkan, mungkin lain kali justru kita yang perlu dimaafkan. Juga tentang tujuan sejati hidup yang pada hakikatnya adalah kebahagiaan. Penulis menyampaikan bahwa ia ingin meninggalkan dunia ini kelak dengan hati yang bahagia dengan terus menjadi orang yang baik.




REKOMENDASI

Buku ini lebih direkomendasikan bagi kalian yang suka dengan suasana tulisan seperti jurnal. Bagi kalian yang bisa memilih dan memilah mana fakta dan subjektivitas dalam tulisan. Bagi kalian yang mungkin sedang merasa sendirian dan ingin mendengar kisah agar kalian merasa bahwa bukan hanya kalian satu-satunya yang sedang mengalami hujan. Bacaan ringan yang jika dikombinasikan dengan refleksi diri bisa selesai dalam waktu setidaknya 1 minggu.


Rating: 4.0/5.0




- Bintang Mahayana ©️ 2021








No comments:

Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!

Bintang Mahayana (c) 2018. Powered by Blogger.