3 Reasons Why You Feel Stucked & Japanese Way of Thinking to Live Your Happier Life

Thursday, June 25, 2020
Holla!
Di postingan kali ini gue mau cerita lagi, nih. Mungkin kalian saat ini ada yang lagi memasuki fase di mana kalian merasa stucked banget. Padahal udah melakukan segala cara untuk melakukan progres. Tapi kok, kayaknya masih di situ-situ aja. Orang-orang kok, kayaknya lebih cepet banget ya progresnya? Terus, jalan hidupnya kok, kayaknya mulus-mulus aja, yaa?
Well, I've been there. You are not alone.
Kalau kalian penasaran, keep on reading! :)



Feeling Stuck? Discover What May Be Standing in the Way of Change ...
Source: patch.com

1. You Developed Taste Faster than Skill

Ketika kita lagi mencoba mastering sesuatu, seringnya kita akan mencari referensi untuk dijadikan preseden dari yang kita pelajari saat ini. Sehingga, bukan nggak mungkin kita menjadikannya panutan atau new standard. Kemudian membandingkan dengan yang kita sudah lakukan. "Kok, kayaknya nggak sebagus, sejago, dan se-wow dia yaa?" kita pikir. Padahal dengan skill yang kita punya saat ini sangat mungkin untuk kita tingkatkan terus. Lalu, bagaimana caranya?

2. You Are a Perfectionist

Berdasarkan artikel yang ditulis oleh John Amodeoo, Ph.D, MFT di laman psychologytoday.com, perfectionist adalah orang yang cenderung defensif terhadap rasa malu. Mereka tidak bisa dikritik atau dipermalukan.
The unrealistic desire to be perfect is often a defense against shame. If we’re perfect, then no one can criticize us; no one can shame us.
Menurut gue, nggak ada yang salah dengan mengusahakan yang terbaik dari yang kita punya. Sehingga outputnya akan baik juga. Tetapi, masalahnya apakah keinginan tampil sempurna itu malah justru membuat kita menjadi orang lain? Dalam artikel juga disebutkan:
Trying to be someone we’re not in order to avoid being shamed creates a disconnection from our authentic self.


3. You Forgot the Big Picture

Terkadang kita suka lupa. Perjalanan tiap orang itu unik. Kita punya timeline  hidup kita sendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ketika kita sedang berproses, anggaplah bahwa proses tersebut sebagai "Behind The Scene" di mana Allah. SWT sebagai sutradara dan kita manusia sebagai pemeran utamanya. Terkadang rasa lelah ketika harus take scene membuat kita ingin fast forward ke scene  selanjutnya. Bahkan ke ending cerita. Pada kondisi ini juga kita tak jarang membandingkan dengan Highlights orang lain. Sehingga, rasanya kok film orang-orang lebih indah ditonton? Kok, bisa ya kita beranggapan demikian? Padahal kan, kita nggak tau proses yang sudah mereka jalani seperti apa? 

Nah, mungkin sudah saatnya kita liat dari zoom out. Kita ulas balik seluruh perjalanan terjal yang sudah kita lewati hingga mencapai titik kehidupan kita saat ini. Ibarat grafik, sudah berapa puncak dan lembah yang kita lalui? Ada di fase puncak, lembah, low vertex, top vertex, atau bahkan titik ekuilibrium (keseimbangan) kita saat ini? Hal yang serinhg terjadi pada orang-orang yang merasa stucked, adalah mereka sesungguhnya sedang mendaki puncak namun belum tiba di top vertex atau titik puncaknya. Merasa lelah karena terus melihat ke atas. Lupa melihat ke belakang bahwa sudah sekian jauh perjalanan yang ia tempuh. Memang melihat ke atas melelahkan karena rasanya kok, nggak sampai-sampai, yaa? Fokus ke depan itu baik, tetapi kita juga butuh istirahat dan melihat sekeliling sejenak.



Japanese Lifestyle to Live Your Life Happier

sumiko-gurashi-wallpaper

Sumiko Gurashi
Source: WallpaperTip


1. Hitori Jyanai Dakara
Aartinya "Kita Tidak Sendirian". Pemaknaannya bisa beragam. Bisa dimaknai bahwa kita tetap punya orang-orang yang setia mendukung kita, baik keluarga, teman, pasangan, dan lainnya. Bisa juga diartikan bahwa apa yang kita jalani saat ini, seseorang yang mungkin ada di belahan dunia yang lain pun juga mengalaminya. Pemikiran seperti ini akan membuat kita relatif tidak rentan terhadap stres. Membuat kita berfikir bahwa kita bukan satu-satunya atau manusia yang paling menderita di dunia. Sehingga, kita bisa berfikir lebih optimis terhadap tujuan kita.

2. Genki ga Areba Nani mo Dekiru
"Semua dapat kita capai asalkan kita sehat." Maksudnya bukan berarti semua hal benar-benar tidak akan mungkin mencapai yang namanya kegagalan. Namun, betapa masyarakat Jepang selalu mengedepankan "kesehatan" baik fisik maupun mental di atas yang lainnya. Karena, tentu saja tanpa fisik dan jiwa yang sehat, mungkin hal terkecil sekalipun akan sulit kita lakukan.

3. Muri Shinaide, Mou Ganbarimashita
"Ikhlaskanlah, Kamu Sudah Berjuang." Ketika kita sudah berkali-kali berjuang namun tetap tidak membuahkan hasil. Maka, mungkin sudah saatnya kita relakan. Kita sudah berjuang. Jangan terus-menerus melakukan kesalahan yang sama. Terkadang, sesuatu memang berada di luar jangkauan kita. Bukan tugas kita untuk menghakiminya. Menerima keadaan dengan ikhlas dan menghargai proses lebih dari hasil juga akan membantu kita hidup dengan lebih merdeka, bahagia, dan nyaman.

4. Kansha o Motte Iku
Dulu Host Dad  gue pernah bilang "Aruite shimatta michi o kansha o shite kudasai", artinya bersyukurlah atas setiap langkah dan jalan yang telah kamu tempuh. Apapun yang kita lewati, baik maupun buruk itu relatif. Bisa jadi jalan yang kita anggap buruk justru membawa kita kepada destinasi yang indah. Selama masih ada "Kansha" - perasaan berterima kasih atau syukur di dalam hati, kita akan lebih damai menjalani hidup dan tidak merasa sedih yang berkepanjangan atau sesal yang tidak berujung. 



****

No comments:

Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!

Bintang Mahayana (c) 2018. Powered by Blogger.