The History of "MATCHA" - The World's Sweetheart Flavor

Monday, March 18, 2019
Holla!
Siapa yang suka Matcha atau Japanese Green Tea?
Yuk, kita bahas tentang sejarah Matcha dan kenapa, sih, ingredient yang satu ini bisa mendunia?
Siapkan alat tulis kalian, yaa. Soalnya, di akhir tulisan ini akan ada bonus resep Matcha yang bisa kalian coba di rumah. Keep on reading! :)

  • History of Matcha
    Green Tea Utensils
    Source: situstekno.com
Matcha susungguhnya berasal dari Cina. Masyarakat Cina telah mengonsumsi Matcha sejak abad ke-8. Para biksu biasa mengukus daun teh hijau untuk kemudian dikeringkan dan dikemas dalam kantung teh. Daun teh yang telah dikeringkan tersebut dicincang dan ditumbuk dengan mortar (cobek) dan pestle (ulekan) menjadi bubuk teh hijau halus. Setelah menjadi bubuk halus, Matcha kemudian akan diseduh pada cawan yang tidak terlalu cekung, dicampur dengan air panas, dan dikocok hingga berbusa. Namun, eksistensi dari bubuk teh hijau tersebut mulai pudar di Cina dan justru berkembang di Jepang sejak tahun 1191. 

Matcha pada awalnya diperkenalkan oleh seorang bhiksu Buddha bernama Myoan Eisai setelah selama 4 tahun belajar mengenai ajaran Buddha dan ilmu filosofi di Provinsi Anhui, Cina. Beliau kembali ke Jepang dengan berbagai ilmu pengetahuan dan membawa sekantung benih teh hijau. Benih-benih teh hijau tersebut beliau tanam di pekarangan Daitoku-ji Temple di Kyoto, Jepang. Beliau melanjutkan misinya menyebarkan ajaran Buddha sembari mendalami cara menyajikan teh hijau dengan mengadakan upacara minum teh. Beliau menghabiskan sisa hidupnya untuk mengajarkan Zen dan Matcha. Dalam buku "Book of Tea and Mulberries" yang beliau tulis, dijelaskan bahwa matcha sangat baik bagi kesehatan mental dan obat medis. Bahkan, beliau menyebutkan khasiat Matcha yang dapat menjadikan hidup seseorang menjadi penuh dan berarti. Pada waktu itu, Matcha dijadikan sebagai obat medis untuk membantu para bhiksu berkonsentrasi dan tetap sadar selama proses meditasi berjam-jam. 
  • Japanese Tea Ceremony
Whisking Matcha
Source: http://www.kiyora.co.id/what-is-matcha/
Upacara minum teh atau dalam bahasa Jepang  dikenal dengan istilah Sadou (茶道) merupakan tradisi turun-temurun sejak zaman Kekaisaran Muromachi. Di mana mengonsumsi Matcha sangat populer di kalangan Samurai. Matcha sendiri telah menjelma menjadi komoditas kebudayaan karena menyajikannya (dengan upacara minum teh) dapat menaikkan status sosial seseorang. 

Baru kemudian, pada abad ke-16, upacara minum teh menjadi ritual kebudayaan yang umum dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat di Jepang. Para professional tea masters kemudian mengembangkan tradisi upacara minum teh menjadi "the way of tea" atau Sadou dengan menanamkan aspek: harmony, respect, purity, dan tranquility yang menjadi jiwa dari upacara minum teh yang kita kenal saat ini. 

  • How Matcha Becomes Indonesian Favorite
Saat ini, kita juga bisa menikmati kelezatan Matcha di Indonesia. Ada berbagai macam bentuk olahan Matcha yang dapat kita santap baik dalam bentuk Savory Matcha maupun Sweet Matcha. Kepopuleran Matcha tentunya tidak terlepas dari peran sosial media seperti Instagram dan Pinterest. Istilah "instagrammable" begitu meledak di kalangan masyarakat Indonesia khususnya kalangan millenial. Tidak sulit pula kita menemukan Matcha di cafe-cafe, seperti: matcha ice cream, matcha frappe, matcha latte, matcha pancake, matcha crepe cake, bahkan matcha pasta (green spaghetti). 

Matcha Painting
by: Bintang Mahayana
Kandungan kafein dalam Matcha cenderung lebih ringan dibandingkan kopi, karena kafein dalam matcha dilepaskan secara bertahap bukan sekaligus seperti kopi. Sehingga, penikmat Matcha dapat merasakan calming effect dari Matcha itu secara perlahan. Makanya, masyarakat Indonesia yang lebih rentan mengalami efek samping kafein, biasanya akan lebih menggemari Matcha. Selain itu, warna hijau nya yang khas dan mencolok tentu mengundang perhatian. Sehingga, banyak masyarakat Indonesia yang tertarik mencicipinya. Apalagi, Matcha yang banyak disajikan di masyarakat sudah merupakan hasil olahan. Jadi, bukan teh hijau yang sesungguhnya. Hasil olahan teh hijau akan memiliki rasa yang cenderung lebih manis dibandingkan teh hiaju asli yang cenderung pahit. Rasa hasil olahan teh hijau atau Matcha ini sangat cocok bagi selera lidah sebagian besar masyarakat Indonesia dan menjadikannya begitu populer dan digemari.
  • Reciepe
Bulletproof Green Tea
by Gretha Scholtz

Matcha and Utensils
Source: mindfulword.org
Menambahkan mentega dan minyak kelapa pada segelas matcha di pagi hari dapat memberi asupan lemak yang menyehatkan bagi kebutuhan diet dan mampu memberi sensasi menenangkan, energi, dan meningkatkan fokus. Minyak kelapa dapat meningkatkan energi pada otak, dan mencampurkan mentega pada teh hijau dapat menjadikan teh hijau lebih creamy yang diperkaya dengan  lemak omega 3, vitamin, dan antioksidan.

Bahan-Bahan (untuk 1 penyajian):
  1. 1 sdt matcha
  2. 3/4 gelas (180 ml) air panas (bukan air mendidih)
  3. 1 sdt unsalted butter (suhu kamar)
  4. Sweetener (optional)
Cara Penyajian :
  1. Kocok matcha pada 1/4 gelas (60 ml) air panas hingga larut.
  2. Tuangkan campuran tersebut ke dalam blender dan tambahkan sisa air panas, unsalted butter, minyak kelapa, dan sweeter (jika perlu).
  3. Blend pada kecepatan tinggi selama 20-30 detik hingga berbusa.
  4. Tuang ke dalam gelas dan sajikan.



Reference:
Scholtz, Gretha. 2016. Matcha The Cookbook. Kempen: teNeues Media GmbH & Co.

No comments:

Holla! Thanks for reading my post. Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan terkait konten. Komen spam, annonymous, maupun berisi link hidup akan dihapus. Centang "Notify Me" agar kalian tahu kalau komennya sudah dibalas, yaa!

Bintang Mahayana (c) 2018. Powered by Blogger.